Sabtu, 16 April 2016

Sangkuriang

Cerita ini berawal di sebuah daerah di Jawa Barat, ada seorang Putri bernama Dayang Sumbi, dia mempunyai seorang anak laki – laki bernama Sangkuriang. Kebiasaan Sangkuriang adalah berburu di dalam hutan.Tidak seperti pangeran biasanya yang selalu di iringi para pasukan, tetapi setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. 

Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang. Entah karena sebab apa, Dayang Sumbi tidak memberi tahu Sangkuriang tentang hal tersebut. Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Sambil berjalan berlahan-lahan, Sangkuriang mulai mencari buruan di lihatnya ke kanan dan ke kiri. Dia melihat ada seekor burung yang diam di pohon, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. 

Sangkuriang lalu menyuruh Tumang untuk mengambil burung buruan tersebut, tetapi Si Tumang tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang dan diam saja. Sangkuriang menjadi sangat marah pada Tumang, di tendangnya dan di pukulnya Si Tumang lalu di tinggalkannya di dalam hutan. 

Sesampainya di rumah, Dayang Sumbi bertanya keberadaan Tumang, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Ketika mendengar tersebut, Dayang Sumbi menjadi sangat marah. Dipukul ke kepala Sangkuriang dengan menggunakan sendok nasi, hingga meninggalkan bekas luka di dahi kepalanya. 

Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya. 

Setelah amarah Dayang Sumbi reda, dan diketahui bahwa anaknya Sangkuriang telah pergi meninggalkannya, sangat sedih hati Dayang Sumbi. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. 

Karena doa Dayang Sumbi yang sungguh – sungguh setiap hari, maka Dewa mendengarkan doa tersebut dan memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi. 

Setelah beberapa tahun waktu berlalu. Akhirnya Sangkuriang kembali pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat takjub kerena kampung halamannya menjadi kampung yang lebih bagus. 

Setelah beberapa hari tinggal di sana, Sangkuriang di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. 

Lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu pagi, ketika Sangkuriang hendak pergi berburu ke hutan. Sangkuriang meminta tolong calon istri nya Dayang Sumbi untuk memakaikan ikat kapalanya. Ketika merapikan rambut Sangkuriang, terkejutlah Dayang Sumbi, karena ia melihat ada bekas luka yang ada di kepala Sangkuriang. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. 

Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri. 

Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi meminta sangkuriang untuk membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak ditolak Sangkuriang, karena alasan Dayang Sumbi yang tidak jelas. 

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah beberapa hari berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan ide terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat yang tidak mungkin bisa di penuhi Sangkuriang. 

Dayang sumbi mengatakan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Sebelum Dayang Sumbi dijadikan istri oleh Sangkuriang, dia harus dapat menyelesaikan syarat untuk sebagai hadiah perkawinan mereka, Jika tidak bisa maka Dayang Sumbi tidak mau menjadi istrinya. 

Syarat yang pertama Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai, dan yang kedua adalah ingin supaya sungai Citarum dibendung. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing. 

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Karena Sangkuriang adalah anak dari tumang yaitu jelmaan dewa, maka ia mempunyai kesaktian, dengan kesaktian itu ia mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. 

Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar. 

Dayang Sumbi mencari akal, ia meminta bantuan penduduk desa untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota dan memukul-mukul lesung seperti orang yang sedang menumbuk padi sehingga membuat ayam-ayam berkokok mengira hari mulai pagi. 

Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi. Ia mengetahui kalau itu semua adalah perbuatan Dayang Sumbi. 

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena bendungan itu, maka seluruh kota terendam air dan menjadi seperti danau. Sampan yang telah dibuatnya ditendang sekuat tenaga. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Sumber : ceritarakyatcom