Sabtu, 23 April 2016

Bawang Merah dan Bawang Putih

Zaman dahulu ada seorang anak bernama Bawang putih, ibunya sudah menginggal dan dia tinggal bersama seorang Ayah. Di desa itu juga tinggal tinggallah seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah. Karena kedua keluarga tersebut akrab ayah Bawang putih menikah lagi dengan ibu Bawang merah, supaya mereka tidak kesepian lagi. 

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu kehidupan Bawang Putih sengsara, karena Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Setiap hari Bawang Putih harus mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri. 

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. 

Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya. 

“Dasar ceroboh!, Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?” bentak ibu tirinya. 

Bawang putih segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Di lihatnya ke kanan dan ke kiri, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. 

“Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” Kata Bawang putih. 

“Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu. 

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. 

Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya. “Permisi…!” kata Bawang putih. 

Seorang perempuan tua membuka pintu. “Siapa kamu nak?” tanya nenek itu. “Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih. “Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek. “Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih. “Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. 

“ Bolehkah, saya membawa nya kembali nek ?? “ tanya bawang putih. 

Nenek tersebut akan memberikannya kembali kepada Bawang Putih, asalkan Bawang Putih mau menemani Nenek tersebut selama seminggu. 

Kerena Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum. 

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. 

Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih. Aku senang karena kau anak yang berbakti dan rajin. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek. 

Karena di paksa Sang nenek maka Bawang putih memilih labu yang kecil, sambil berkata “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,”. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah. 

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. 

Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsung merebut emas dan permata tersebut. 

Bawang merah memaksa untuk memberi tahu dari mana asal emas tersebut. Bawang putih pun menceritakan nya. 

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah berencana untuk melakukan hal yang sama. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. 

Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. 

Setelah seminggu akhirnya bawang merah meminta labu kuning seperti bawang putih. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi. 

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

Sumber : CeritaRakyatcom